Senin, 11 Juni 2012

paradigma-paradigma dalam sosiologi


PARADIGMA-PARADIGMA SOSIAL

TUGAS
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sosiologi
Dosen Pengampu : Thohir Yuli K., S.Sos, M.Si

 








Disusun Oleh:


Akhmad Basar                                                ( 111 111 075 )







FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012


PARADIGMA-PARADIGMA SOSIAL

Macam-macam paradigma sosial itu ada 3 macam:
1.      Paradigma fakta sosial
2.      Paradigma definisi sosial
3.      Paradigma perilaku sosial
 Soal:
1.      Apa pandangan paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial dari masyarakat?
2.      Jelaskan teori-teori dari paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial!

Jawab:
1.      Pandangan paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial dari masyarakat.
·         paradigma definisi sosial menyatakan bahwa pemikiran individu dalam masyarakat mempengaruhi struktur yang ada dalam masyarakat. Sedangkan menurut Max Weber ialah tindakan individu selama tindakan tersebut mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain. Dalam hal ini struktur sosial dan pranata sosial keduanya malah membantu tindakan manusia yang penuh arti dan makna.[1]
Contoh kisah dari pemikiran Nabi Ibrahim AS (Nabi ke enam setelah Nabi Shaleh AS) saat ia menghancurkan berhala-berhala di tempat sembahyang masyarakat pada saat itu, “Dalam benak hatinya selalu berakata “mengapa mereka menyembah benda mati (patung)? Padahal benda itu buatan mereka sendiri, mengapa itu dijadikan Tuhan?” saat Raja dan para punggawanya bepergian berburu kemudian ia hancurkan semua berhala-berhala itu, sampai Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup oleh para pemuka kerajaan sambil ia menyadarkan orang-orang yang menyaksikan pada waktu itu, bahwa Allah SWT lah yang patut disembah melaikan bukan berhala-berhala ataupun patung.”[2]
·         paradigma perilaku sosial menyatakan bahwa perilaku keajegan dari individu yang terjadi di masyarakat merupakan suatu pokok permasalahan. Paradigma ini dalam ilmu social khususnya Psikologi  sering disebut juga dengan pendekatan behavioristik, karena fokus utamanya itu bahwa setiap perilaku manusia itu sebagai hasil interaksi memiliki orientasi tertentu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh para pelaku tindakan tersebut. Dalam hal  proses interaksi antar individu dan hubungan individu dengan lingkungannya akan membawa akibat perubahan perilaku individu yang bersangkutan.[3]
Contoh dari pemikiran tokoh Jamaluddin al-Afgani ( lahir di Iran 1838-1897 ) : “Dalam keyakinan agamanya, seseorang tidak boleh menduga-duga dan merasa puas dengan semata-mata taqlid (mengikuti sunah Nabi SAW, tapi tidak mengetahui dasar yang dilakukan) terhadap para pendahulu mereka, karena jika manusia mempercayai sesuatu tanpa bukti dan alasan, melakukan praktek yang mengikuti pendapat-pendapat yang tidak terbuktikan sudah pasti pemikirannya akan tertinggal oleh perkembangan intelektual dan sedikit demi sedikit kebodohan akan menguasainya hingga pemikiran terhenti dan ia tidak dapat memahami  kebaikan dan keburukannya sendiri dan kesengsaraan serta ketidakberuntungan akan menyertainya dari segala sisi”.[4]

2.      Teori-teori dari paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial
·         Teori-teori dari paradigma definisi social
v  Teori Aksi ( Action Theory )
v  Teori Interaksionisma Simbolik ( Simbolic Interactionism Theory )
v  Teori Fenomenologi ( Phenomenology Theory )
Pada hakekatnya ketiga teori ini mempunyai ide dasar yang sama, yaitu manusia merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Di samping itu, ketiga teori ini memiliki pendirian yang sama bahwa realitas social bukan merupakan alat yang statis daripada paksaan fakta sosial. Artinya bahwa tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, dan sebagainya yang secara komprehensif tercakup dalam konsep fakta sosial. Menurut pandangan dari ketiga teori ini manusia mempunyai banyak kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol.[5]
·         Teori-teori dari paradigma perilaku sosial
v  Teori sosiologi perilaku (  Behavioral Sociology Theory )
v  Teori pertukaran ( Exchange Theory )
Paradigma perilaku sosial memahami kenyataan sosial berada dalam hubungan stimulus-respons yang dialami individu ketika berhadapan dengan lingkungan sosialnya. Individu pada dasarnya memberi tanggapan (Respons) sosial karena mendapatkan stimulus (rangsangan) yang datang dari luar dirinya. Rangsangan ini berasal dari individu atau dari lingkungan sosial yang lebih besar, seperti keluarga atau institusi politik. Perhatian utama paradigma ini pada hadiah (Reward) yang menimbulkan perilaku yang diinginkan dan hukuman (Punisment) yang mencegah perilaku yang diinginkan. Stimulus-respons adalah hukum menggerakkan bekerjanya interaksi sosial yang menjadi inti dari terbentuknya kenyataaan sosial.[6]






DAFTAR BACAAN

Alamsyah, MB., Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul, Jakarta: GM Grafik Mulia, 1999.
Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3S, 1996.
Upe, Ambo, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.


[1] Ambo Upe, S. Sos., M.Si., Tradisi Aliran Dalam Sosiologi, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010 ), hlm. 54

[2] MB. Alamsyah, Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul, ( Jakarta: GM Grafik Mulia, 1999 ), hlm. 33-35
[3] Ambo Upe, S. Sos., M.Si., Op.cit., hlm. 55-56
[4] Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3S, 1996), hlm. 53
[5] Ambo Upe, S. Sos., M.Si., Op.cit., hlm. 54-55
[6] Ibid., hlm.56-57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar