PARADIGMA-PARADIGMA SOSIAL
TUGAS
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sosiologi
Dosen Pengampu : Thohir Yuli K., S.Sos, M.Si
Disusun Oleh:
Akhmad Basar ( 111 111 075 )
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
PARADIGMA-PARADIGMA SOSIAL
Macam-macam paradigma sosial itu ada
3 macam:
1.
Paradigma fakta
sosial
2.
Paradigma
definisi sosial
3.
Paradigma
perilaku sosial
Soal:
1. Apa pandangan
paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial dari masyarakat?
2. Jelaskan teori-teori
dari paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial!
Jawab:
1. Pandangan paradigma
definisi sosial dan paradigma perilaku sosial dari masyarakat.
·
paradigma definisi sosial menyatakan bahwa pemikiran
individu dalam masyarakat mempengaruhi struktur yang ada dalam masyarakat. Sedangkan menurut Max
Weber ialah tindakan individu selama tindakan tersebut mempunyai makna atau
arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain. Dalam hal ini struktur sosial dan
pranata sosial keduanya malah membantu tindakan manusia yang penuh arti dan
makna.[1]
Contoh kisah dari pemikiran Nabi Ibrahim AS (Nabi ke enam setelah Nabi
Shaleh AS) saat ia menghancurkan berhala-berhala di tempat sembahyang masyarakat
pada saat itu, “Dalam benak hatinya selalu berakata “mengapa mereka
menyembah benda mati (patung)? Padahal benda itu buatan mereka sendiri, mengapa
itu dijadikan Tuhan?” saat Raja dan para punggawanya bepergian berburu kemudian
ia hancurkan semua berhala-berhala itu, sampai Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup
oleh para pemuka kerajaan sambil ia menyadarkan orang-orang yang menyaksikan
pada waktu itu, bahwa Allah SWT lah yang patut disembah melaikan bukan
berhala-berhala ataupun patung.”[2]
·
paradigma perilaku sosial menyatakan bahwa perilaku
keajegan dari individu yang terjadi di masyarakat merupakan suatu pokok
permasalahan. Paradigma ini dalam ilmu social khususnya Psikologi sering disebut juga dengan pendekatan
behavioristik, karena fokus utamanya itu bahwa setiap perilaku manusia itu
sebagai hasil interaksi memiliki orientasi tertentu, sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh para pelaku tindakan tersebut. Dalam hal proses interaksi antar individu dan hubungan individu dengan lingkungannya akan
membawa akibat perubahan perilaku individu yang bersangkutan.[3]
Contoh dari pemikiran tokoh Jamaluddin al-Afgani ( lahir
di Iran 1838-1897 ) : “Dalam keyakinan agamanya, seseorang tidak boleh
menduga-duga dan merasa puas dengan semata-mata taqlid (mengikuti sunah Nabi
SAW, tapi tidak mengetahui dasar yang dilakukan) terhadap para pendahulu
mereka, karena jika manusia mempercayai sesuatu tanpa bukti dan alasan,
melakukan praktek yang mengikuti pendapat-pendapat yang tidak terbuktikan sudah
pasti pemikirannya akan tertinggal oleh perkembangan intelektual dan sedikit
demi sedikit kebodohan akan menguasainya hingga pemikiran terhenti dan ia tidak
dapat memahami kebaikan dan keburukannya
sendiri dan kesengsaraan serta ketidakberuntungan akan menyertainya dari segala
sisi”.[4]
2. Teori-teori dari
paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial
·
Teori-teori dari paradigma definisi social
v Teori Aksi ( Action Theory )
v Teori Interaksionisma Simbolik ( Simbolic
Interactionism Theory )
v Teori Fenomenologi ( Phenomenology Theory )
Pada hakekatnya ketiga teori ini mempunyai
ide dasar yang sama, yaitu manusia merupakan aktor yang kreatif dari realitas
sosialnya. Di samping itu, ketiga teori ini memiliki pendirian yang sama bahwa
realitas social bukan merupakan alat yang statis daripada paksaan fakta sosial.
Artinya bahwa tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma-norma,
kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, dan sebagainya yang secara komprehensif
tercakup dalam konsep fakta sosial. Menurut pandangan dari ketiga teori ini manusia mempunyai
banyak kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol.[5]
·
Teori-teori dari paradigma perilaku sosial
v Teori sosiologi perilaku ( Behavioral Sociology Theory )
v Teori pertukaran ( Exchange Theory )
Paradigma perilaku sosial memahami kenyataan
sosial berada dalam hubungan stimulus-respons yang dialami individu ketika
berhadapan dengan lingkungan sosialnya. Individu pada dasarnya memberi
tanggapan (Respons) sosial karena mendapatkan stimulus (rangsangan) yang
datang dari luar dirinya. Rangsangan ini berasal dari individu atau dari
lingkungan sosial yang lebih besar, seperti keluarga atau institusi politik.
Perhatian utama paradigma ini pada hadiah (Reward) yang menimbulkan
perilaku yang diinginkan dan hukuman (Punisment) yang mencegah perilaku
yang diinginkan. Stimulus-respons adalah hukum menggerakkan bekerjanya
interaksi sosial yang menjadi inti dari terbentuknya kenyataaan sosial.[6]
DAFTAR BACAAN
Alamsyah, MB., Kisah Teladan 25 Nabi &
Rasul, Jakarta: GM Grafik Mulia, 1999.
Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di
Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3S, 1996.
Upe, Ambo, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi,
Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar