Kamis, 07 Juni 2012

karakter da'i


KARAKTERISTIK DA’I
MAKALAH
 Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Jauharotul Farida, Dra. Hj., M.Ag



Disusun Oleh:

Akhmad Basar                        ( 111 111 075 )





 FAKULTAS DAKWAH
 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2011





KARAKTERISTIK DA’I

I.                   PENDAHULUAN
Da’i ialah orang yang menyampaikan suatu ceramah untuk mengajak kepada kebaikan bisa dengan  seorang atau kelompok, kedudukan seorang da’i sangat penting bagi kita, karena untuk selalu mengingatkan, menuntun, meluruskan serta membimbing kita hanya untuk selalu ingat kepada Allah SWT dan juga Da’i mampu memberikan jalan keluar dari suatu masalah keduniawian.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian Da’i?
B.      Bagaimana peran Da’i dalam dakwah?
C.      Seperti apa kualitas Da’i yang bagus?

III.             PEMBAHASAN
A.     Pengertian Da’i
Dalam tinjauan terminologi bahwa dakwah adalah menyeru atau mengajak umat manusia baik perorangan ataupun kelompok kepada ajaran agama Islam[1].
Di Indonesia, para Da’i juga dikenal dengan sebutan kyai, ustadz, guru dan lain-lain. Hal ini didasarkan pada tugas dan eksistensinya sama seperti Da’i. setiap Da’i itu mempunyai kekhasan yang berbeda-beda tergantung dengan wacana keilmuan yang diperoleh, latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda. Da’i juga memiliki tugas sebagai pusat penggerak, pendorong ataupun perubah dalam suatu masyarakat.[2]
Da’i dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
ü  Da’i dalam kriteria umum
Dalam pengertian ini itu di tegaskan tiap-tiap orang Islam diwajibkan berdakwah “Ballighu anni walau ayat
ü  Da’i dalam pengertian khusus
Dalam pengertian ini dikhususkan kepada (mutakhassis) dalam bidang dakwah Islam. QS Ali Imran: 104
وَلُتَََكٌُن مِّنكم امة يَدْعُوْنَ اِلََى الخَيْرِ وَيَاءْ مُرُوْنَ بِالْمَعرُوف وَيَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَر.
Hendaklah ada kalanganmu sekelompok umat yang bertugas dalam bidang dakwah, menyeru kedalam jalan kebaikan, menyuruh makruf, melarang mungkar”. [3]

B.      Peran Da’i dalam dakwah.
Peran Da’i dalam dakwah sesungguhnya itu mampu di jadikan suri tauladan moralitas, juga di tuntut mampu menafsirkan pesan-pesan dakwah kepada masyarakat. Sesuai dengan tuntutan pembangunan umat, maka Da’i pun hendaknya tidak hanya terfokus pada masalah-masalah agama semata, tapi mampu memberi jawaban dari tuntutan realita yang dihadapi masyarakat saat ini.[4]
Umat islam pada lapisan bawah, tak sanggup menghubungkan secara tepat isi dakwah yang sering di dengar melalui dakwah bil lisan dengan realita sulitnya kehidupan sosial ekonomi sehari-hari. Untuk itu dituntut secara maksimal agar mampu melakukan dakwah bil hal ( dalam bentuk nyata ), artinya tatkala masyarakat mengharapkan keadilan dan kejujuran, maka Da’i diharapkan mampu memberi jalan keluar yang terbaik[5].
Kini setelah Islam memasuki usia 15 abad, dakwah seolah semakin redup di tengah gemerlapnya arus mordernisme. Kegersangan spiritual pun semakin parah melanda umat manusia. Sehingga nafsu angkara murka semakin merajalela. Kebrutalan, kesadisan, korupsi, dan lain sebagainya. Padahal sesungguhnya, esensi dakwah yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-Hadits Nabi tak pernah mengenal redup dan luntur. Namun karena keangkuhan dan kealfaan manusialah  yang membuat ayat-ayat Al-Qur’an yang agung itu hanya menjadi retorika yang indah. Maka dari itu peran dari seorang Da’i untuk mewujudkan keberhasilan dakwah hendaknya harus di transformasikan dengan realita kehidupan, dengan demikian, umat yang didakwahi pun akan merasakan hasilnya, (benar dan tidaknya).[6]

C.     Kualitas Da’i yang bagus.
Para ulama’ membedakan kriteria da’i yang bagus itu berbeda-beda ada yang mengatakan bahwa da’i yang bagus itu harus mempunyai sifat seperti Nabi yaitu: Sidiq, Amanat, Tabliq, dan Fatonah, ada juga yang mengatakan bahwa kriteria yang bagus itu mempunyai 3 integritas: integritas diri (Sidiq, Amanat, Tabliq, dan Fatonah) imtegritas keilmuan (cerdas) dan integritas sosial ( mampu bermasyarakat ).[7]
Ada juga yang mengatakan Da’i atau Da’iyah  harus memiliki kulitas yang bagus diantaranya:
1.      Memiliki sifat-sifat yang baik:
ü Al-Shidqu ( Benar, tidak dusta )
ü Al-Shabru ( sabar, Tabah )
ü Al-Rahmah ( rasa kasih sayang )
ü Tawadhu’ (merendahkan diri, tidak sombong )
ü Suka bergaul
2.      Menguasai berbagai ilmu khususnya ilmu Agama
3.      Mampu dijadikan contoh
Ø Berkata sopan
Ø Mampu bekerjasama
Ø Pema’af.[8]


IV.             KESIMPULAN
Da’i dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: Da’i dalam kriteria umum (Da’i yang di tegaskan tiap-tiap orang Islam diwajibkan berdakwah). Dan Da’i dalam pengertian khusus (Da’i yang dikhususkan kepada (Mutakhassis) dalam bidang dakwah Islam).
Da’i dalam berdakwah seharusnya itu mampu di jadikan suri tauladan moralitas, juga di tuntut mampu menafsirkan pesan-pesan dakwah kepada masyarakat. Sesuai dengan tuntutan pembangunan umat, maka Da’i pun hendaknya tidak hanya terfokus pada masalah-masalah agama semata, tapi mampu memberi jawaban dari tuntutan realita yang dihadapi masyarakat saat ini untuk memberi jalan keluar yang terbaik.
Para ulama’ membedakan kriteria Da’i yang bagus itu berbeda-beda ada yang mengatakan bahwa da’i yang bagus itu harus mempunyai sifat seperti Nabi yaitu: Sidiq, Amanat, Tabliq, dan Fatonah, ada juga yang mengatakan bahwa kriteria yang bagus itu mempunyai 3 integritas: integritas diri (Sidiq, Amanat, Tabliq, dan Fatonah) imtegritas keilmuan (cerdas) dan integritas sosial ( mampu bermasyarakat ) ada juga yang mengatakan Da’i atau Da’iyah  harus memiliki kulitas yang bagus diantaranya: Memiliki sifat-sifat yang baik, menguasai berbagai ilmu khususnya ilmu Agama dan mampu dijadikan contoh.

V.                PENUTUP
Demikianlah uraian yang dapat Penulis sampaikan dalam makalah ini. Sebagai manusia biasa,tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kritik dan saran dari Para Pembaca sangat Penulis nantikan demi kesempurnaan makalah dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi Pembaca pada umumnya.






DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Handan, Dakwah Ditengah Persoalan budaya politik, Yogyakarta:
LESFI, 2001.
Muchtaram, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al Amin
Press dan IKFA, 1996.
Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2000.
Purwadi, Dakwah Sunan Kalijaga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Ridho Syabibi, Nuhannad, Metodologi Ilmu Dakwah, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
Taufik, Abdullah, Dakwah Islam, Jakarta: LP3S, 1996.


[1] Zaini Muchtaram, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al Amin Press dan IKFA, 1996), hlm. 14
[2] Ibid, hlm. 16
[3] Dra. Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), hlm. 27
[4] Ibid, hlm. 30
[5] Dr. Purwadi, Dakwah Sunan Kali jaga , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 27
[6] Taufik Abdullah, Dakwah Islam, (Jakarta: LP3S, 1996), hlm. 57
[7] M. Ridho Syabibi, S.Ag., M.Ag, Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 67
[8] Drs. Hamdan Daulay, M.Si, Dakwah Ditengah Persoalan Budaya Politik, (Yogyakarta: LESFI, 2001), hlm. 143

1 komentar: