KARAKTERISTIK DA’I
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu
Dakwah
Dosen Pengampu : Jauharotul
Farida, Dra. Hj., M.Ag
Disusun Oleh:
Akhmad Basar ( 111 111 075 )
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2011
KARAKTERISTIK DA’I
I.
PENDAHULUAN
Da’i ialah orang yang menyampaikan
suatu ceramah untuk mengajak kepada kebaikan bisa dengan seorang atau kelompok, kedudukan seorang da’i
sangat penting bagi kita, karena untuk selalu mengingatkan, menuntun,
meluruskan serta membimbing kita hanya untuk selalu ingat kepada Allah SWT dan
juga Da’i mampu memberikan jalan keluar dari suatu masalah keduniawian.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian Da’i?
B.
Bagaimana peran Da’i dalam dakwah?
C.
Seperti apa kualitas Da’i yang bagus?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Da’i
Dalam tinjauan terminologi bahwa dakwah adalah menyeru atau
mengajak umat manusia baik perorangan ataupun kelompok kepada ajaran agama
Islam[1].
Di Indonesia, para Da’i juga dikenal dengan sebutan kyai, ustadz,
guru dan lain-lain. Hal ini didasarkan pada tugas dan eksistensinya sama seperti
Da’i. setiap Da’i itu mempunyai kekhasan yang berbeda-beda tergantung dengan
wacana keilmuan yang diperoleh, latar belakang pendidikan dan pengalaman yang
berbeda. Da’i juga memiliki tugas sebagai pusat penggerak, pendorong ataupun
perubah dalam suatu masyarakat.[2]
Da’i dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
ü Da’i dalam kriteria umum
Dalam pengertian ini itu di tegaskan tiap-tiap orang Islam
diwajibkan berdakwah “Ballighu anni walau ayat”
ü Da’i dalam pengertian khusus
Dalam pengertian ini dikhususkan kepada (mutakhassis) dalam
bidang dakwah Islam. QS Ali Imran: 104
وَلُتَََكٌُن مِّنكم امة يَدْعُوْنَ اِلََى الخَيْرِ وَيَاءْ مُرُوْنَ
بِالْمَعرُوف وَيَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَر.
“Hendaklah ada kalanganmu sekelompok umat yang bertugas dalam
bidang dakwah, menyeru kedalam jalan kebaikan, menyuruh makruf, melarang
mungkar”. [3]
B.
Peran Da’i dalam dakwah.
Peran Da’i dalam dakwah sesungguhnya itu mampu di jadikan suri
tauladan moralitas, juga di tuntut mampu menafsirkan pesan-pesan dakwah kepada
masyarakat. Sesuai dengan tuntutan pembangunan umat, maka Da’i pun hendaknya
tidak hanya terfokus pada masalah-masalah agama semata, tapi mampu memberi
jawaban dari tuntutan realita yang dihadapi masyarakat saat ini.[4]
Umat islam pada lapisan bawah, tak sanggup menghubungkan secara
tepat isi dakwah yang sering di dengar melalui dakwah bil lisan dengan
realita sulitnya kehidupan sosial ekonomi sehari-hari. Untuk itu dituntut
secara maksimal agar mampu melakukan dakwah bil hal ( dalam bentuk nyata
), artinya tatkala masyarakat mengharapkan keadilan dan kejujuran, maka Da’i
diharapkan mampu memberi jalan keluar yang terbaik[5].
Kini setelah Islam memasuki usia 15 abad, dakwah seolah semakin
redup di tengah gemerlapnya arus mordernisme. Kegersangan spiritual pun semakin
parah melanda umat manusia. Sehingga nafsu angkara murka semakin merajalela.
Kebrutalan, kesadisan, korupsi, dan lain sebagainya. Padahal sesungguhnya,
esensi dakwah yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-Hadits Nabi
tak pernah mengenal redup dan luntur. Namun karena keangkuhan dan kealfaan
manusialah yang membuat ayat-ayat
Al-Qur’an yang agung itu hanya menjadi retorika yang indah. Maka dari itu peran
dari seorang Da’i untuk mewujudkan keberhasilan dakwah hendaknya harus di
transformasikan dengan realita kehidupan, dengan demikian, umat yang didakwahi
pun akan merasakan hasilnya, (benar dan tidaknya).[6]
C.
Kualitas Da’i yang bagus.
Para ulama’ membedakan kriteria da’i yang bagus itu berbeda-beda
ada yang mengatakan bahwa da’i yang bagus itu harus mempunyai sifat seperti Nabi
yaitu: Sidiq, Amanat, Tabliq, dan Fatonah, ada juga yang mengatakan
bahwa kriteria yang bagus itu mempunyai 3 integritas: integritas diri (Sidiq,
Amanat, Tabliq, dan Fatonah) imtegritas keilmuan (cerdas) dan
integritas sosial ( mampu bermasyarakat ).[7]
Ada juga yang mengatakan Da’i atau Da’iyah harus memiliki kulitas yang bagus diantaranya:
1.
Memiliki
sifat-sifat yang baik:
ü Al-Shidqu ( Benar, tidak dusta )
ü Al-Shabru ( sabar, Tabah )
ü Al-Rahmah ( rasa kasih sayang )
ü Tawadhu’ (merendahkan diri, tidak sombong )
ü Suka bergaul
2.
Menguasai
berbagai ilmu khususnya ilmu Agama
3.
Mampu
dijadikan contoh
Ø Berkata sopan
Ø Mampu bekerjasama
Ø Pema’af.[8]
IV.
KESIMPULAN
Da’i dapat dibedakan menjadi 2
bagian yaitu: Da’i dalam kriteria umum (Da’i yang di tegaskan tiap-tiap
orang Islam diwajibkan berdakwah). Dan Da’i dalam pengertian khusus (Da’i
yang dikhususkan kepada (Mutakhassis) dalam bidang dakwah Islam).
Da’i dalam berdakwah seharusnya itu
mampu di jadikan suri tauladan moralitas, juga di tuntut mampu menafsirkan
pesan-pesan dakwah kepada masyarakat. Sesuai dengan tuntutan pembangunan umat,
maka Da’i pun hendaknya tidak hanya terfokus pada masalah-masalah agama semata,
tapi mampu memberi jawaban dari tuntutan realita yang dihadapi masyarakat saat
ini untuk memberi jalan keluar yang terbaik.
Para ulama’ membedakan kriteria Da’i
yang bagus itu berbeda-beda ada yang mengatakan bahwa da’i yang bagus itu harus
mempunyai sifat seperti Nabi yaitu: Sidiq, Amanat, Tabliq, dan Fatonah,
ada juga yang mengatakan bahwa kriteria yang bagus itu mempunyai 3 integritas:
integritas diri (Sidiq, Amanat, Tabliq, dan Fatonah) imtegritas keilmuan
(cerdas) dan integritas sosial ( mampu bermasyarakat ) ada juga
yang mengatakan Da’i atau Da’iyah harus
memiliki kulitas yang bagus diantaranya: Memiliki sifat-sifat yang baik,
menguasai berbagai ilmu khususnya ilmu Agama dan mampu dijadikan contoh.
V.
PENUTUP
Demikianlah uraian
yang dapat Penulis sampaikan dalam makalah ini. Sebagai manusia biasa,tentunya
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kritik dan saran dari
Para Pembaca sangat Penulis nantikan demi kesempurnaan makalah dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
Pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Handan, Dakwah Ditengah
Persoalan budaya politik, Yogyakarta:
LESFI, 2001.
Muchtaram, Zaini, Dasar-Dasar
Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al Amin
Press dan IKFA, 1996.
Muriah, Siti, Metodologi Dakwah
Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2000.
Purwadi, Dakwah Sunan Kalijaga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Ridho Syabibi, Nuhannad, Metodologi
Ilmu Dakwah, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
Taufik, Abdullah, Dakwah Islam, Jakarta: LP3S, 1996.
[1]
Zaini Muchtaram,
Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al Amin Press dan IKFA,
1996), hlm. 14
[3]
Dra. Siti Muriah,
Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), hlm.
27
[5]
Dr. Purwadi, Dakwah
Sunan Kali jaga , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 27
[6]
Taufik
Abdullah, Dakwah Islam, (Jakarta: LP3S, 1996), hlm. 57
[7]
M. Ridho
Syabibi, S.Ag., M.Ag, Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), hlm. 67
[8]
Drs. Hamdan
Daulay, M.Si, Dakwah Ditengah Persoalan Budaya Politik, (Yogyakarta:
LESFI, 2001), hlm. 143
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus